Timbunan Sampah di Indonesia 67.8 Juta Ton
JAKARTA, SKO.COM – Sampah plastik menjadi isu global yang meresahkan banyak pihak. Timbunan sampah semakin hari semakin bertambah seiring dengan pertambahan penduduk dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini disamapaikan oleh Rosa Vivien Ratnawati, Direktur Jendral Pengelolaan Sampah, Limbah Dan B3 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam webinar Gaya Hidup Baru, Belanja Tanpa Kemasan, Kamis (22/04/21).
“ Ditahun 2020 Indonesia sendiri menghasilkan timbulan sampah sekitar 67,8 juta ton. Dengan asumsi bahwa dikota besar dalam sehari jika tidak menggunakan gaya hidup minim sampah, maka akan mengahsilkan 0.7 kg / hari/orang. Sedangkan di Kota atau Kabupaten kecil menghasilkan 0.5 kg/hari/orang” ujar Vivien.
Padahal sudah banyak hal positif yang sudah dilakukan oleh Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) baik dari sisi kebijakan dan aturan bahkan yang bersifat progresif. Namun sayangnya masih terdapat pihak yang protes dan merasa terganggu atas peraturan tersebut.
Meskipun tantangan ini cukup berat, pemerintah bersama masyarakat sadar lingkungan harus tetap optimis dalam pengelolaan sampah yang timbulannya semakin besar ini .
“Pemerintah mentargetkan pengurangan sampah nasional sebanyak 30% pada tahun 2025, dan 70% target penanganan sampah dan face out atau pelarangan beberapa jenis plastic sekali pakai seperti kantong plastic sekali pakai atau kresek, sedotan platik dan sterofoam pada sampah darat” papar Vivien.
Selain itu, pemerintah juga mentargetkan pengurangan sampah plastic dilaut sebanyak 70% pada 2025 mendatang. Yang kita ketahui 80% sampah dilautan berasal dari kebocoran sampah daratan / landbase dan 20% nya adalah sampah murni laut.
Saat ini Provinsi Bali dan DKI Jakarta telah melarang penggunaan kresek, sedotan platik dan sterofoam. Yang kemudian disusul oleh 43 Kota dan Kabupaten di Indonesia yang telah menerapkan larangan belanja menggunakan kresek sekali pakai.
Vivien mengungkapkan terdapat 5 strategi untuk mengurangi sampah dilaut. Yang pertama adalah perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat, pengurangan kebocoran sampah di darat, penanganan sampah di daerah pesisir, penegakan hukum dan pendaan.
Para pemerhati lingkunagn berkontribsi nyata dengan mendirika bulkstore atau toko curah. Solusi ini ditawarkan oleh para milenial yang menjadikan toko ini sebagai tempat jual beli keperluan harian dengan konsep zero waste dimana pembeli diharuskan membawa wadah sendiri yang bukan sekali pakai (reuslable) apabila hendak membeli sesuatu dari toko tersebut.
Selain bulkstore, masyrakat juga dapat melakukan langkah kecil sebagai upaya mendukung dan menggalakkan gaya hidup minim sampah yakni dengan selalu membawa tas belanja, membawa botol minum reusable dari rumah dan tidak menggunakan sedotan plastik. ( * )