Unicef Minta Tenga Penyuluh Penanganan Covid-19, Gunakan Bahasa Sederhana
JAKARTA, SKO.COM – Communication for Development Specialist Unicef Indonesia, Rizky Ika Syafitri mengingatkan para tenaga penyuluh penanganan COVID-19 untuk menggunakan bahasa komunikasi yang sederhana kepada masyarakat. Upaya tersebut dimaksudkan agar mempermudah pemahaman masyarakat sehingga informasi dapat tersampaikan dengan jelas.
Rizky menyampaikan bahwa terdapat kesalahpahaman yang terjadi di masyarakat tentang strategi komunikasi dalam istilah vaksinasi. Hal tersebut disampaikannya dalam acara Dialog Produktif Semangat Selasa: Vaksinasi Upaya Capai Herd Immunity, Selasa (15/06/21).
“Masyarakat tahunya imunisasi. Imunisasi sudah punya konotasi yang baik di masyarakat. Kalau vaksin, masih jadi bahasa asing di masyarakat. Jadi konotasinya kurang baik,” ujar Rizky.
Menurut Rizky, istilah dalam dunia medis terkait COVID-19 sangat banyak dan tidak seluruhnya bisa dipahami secara sederhana oleh publik misalnya seperti PCR, Swab dan Antigen.
Dalam acara tersebut hadir pula Wakil Kepala Lembaga Eijkman Bidang Penelitian Fundamental Prof. Herawati Sudoyo yang mengemukakan bahwa saat ini mayoritas produsen vaksin Covid-19 diseluruh dunia sedang berlomba mencapai tingkat efikasi 70 persen.
” Hingga saat ini penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satupun vaksin Covvid-19 yang tidak efektif menangkal mutasi virus Covid-19. Memang terjadi penurunan efikasi saat vaksin mulai bekerja. Namun hal ini tidak mengurangi makna perlindungan vaksin tersebut,” papar Herawati.
Sejalan dengan upaya pemerintah dalam menyukseskan program vaksinasi, Herawati mendorong para ilmuwan untuk terus memberikan kebenaran informasi kepada publik demi meluruskan terjadinya kesimpangsiuran informasi dengan memaparkan bukti dan data-data ilmiah.
Penyajian data dan fakta ini dirasa perlu, misalnya untuk terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dalam jumlah kecilnya saja dapat masuk ke pemberitaan dan menjadi besar sehingga menciptakan keresahan dan ketakutan masyarakat untuk melakukan vaksinasi. Oleh karena itu, disinilah peran ilmuan diperlukan.