SURABAYA, PEWARTAPOS.COM- Masalah kelangkaan pupuk masih terus terjadi bagi petani di Jawa Timur. Berbagai upaya terus dilakukan secara masif. Sebab ketika ada kelengahan sedikit dalam menjalankan regulasi bersama-sama, maka kelangkaan muncul kembali.
Karena itu selain dilakukan DPRD Jatim bersama Pemprov Jatim, maka efektif jika dilakukan oleh petani itu sendiri, bukan hanya mengandalkan kebijakan dan pengawasan pemerintah. Ini khususnya mensiasati dengan penggunaan pupuk alternatif
“Pemprov Jatim mendorong efisiensi pemupukan anorganik dengan menggunakan kombinasi pupuk organik dan anorganik, mengoptimalkan sumber daya lokal seperti pupuk kandang, limbah pertanian untuk pembuatan pupuk organik, melatih masyarakat membuat pupuk organik berbasis bahan baku itu,” kata Pj Gubernur Jatim, Adhy Karyono, Senin (4/3/2024).
“Efisiensi pupuk anorganik dengan mengkombinasikan pupuk organik dan anorganik, juga optimalisasi sumber daya lokal untuk pembuatan pupuk organik,” imbuhnya.
Sementara itu DPRD Jatim sebagaimana dikemukakan Anggota DPRD Jatim, Karimullah Dahrujiadi, bahwa untuk mencegah kelangkaan pupuk subsidi, masyarakat harus bareng-bareng mengawasi produksi dan pendistribusiannya. Setelah hal tersebut clear, maka harga pupuk dipasaran harus diawasi.
“Hal ini untuk mencegah terjadinya permainan harga di pasaran sehingga merugikan petani,” ungkap Karim, dikonfirmasi, Selasa 27 Februari 2024.
Politisi asal Partai Golkar itu menjelaskan, jika stok pupuk ada yang perlu diingat ada penggunaan pupuk sesuai Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Dengan begitu, tidak terjadi kekurangan dalam pemakaian pupuk subsidi.
“Karena kebutuhan pupuk sudah didata dalam RDKK, berdasarkan kebutuhan yang disampaikan oleh Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan),” paparnya.
Petani di berbagai daerah di Jatim kerap mengeluhkan kelangkaan pupuk. Seperti saat Anggota DPRD Jatim, Karimullah Dahrujiadi serap aspirasi, di Kebonsari, Jember, akhir Januari 2024.
Petani Jember mengeluhkan kesulitan mendapatkan pupuk subsidi untuk menggarap area pertaniannya. Mereka kesulitan menggarap persawahannya, sehingga harus menggunakan pupuk non subsidi yang harganya relatif mahal. (zen)