JOMBANG, PEWARTAPOS.COM – Ki Purwa Heritage Festival (KPHF) yang berlangsung, 5-14 Juli 2024, mempersatukan seniman-seniman se-Jombang dalam satu wadah festival menuju pertunjukkan dunia. Terbukti dengan penampilan seniman Kentrung Mbah Badri, Senin (8/7/2024) malam.
Publik dan penonton KPHF 2024 di Desa Jatiduwur, Kesamben, Jombang, pun dibuat semendal (terenyuh dan tersentuh empati) melihat seniman ini bermain musik.
Di usianya yang menapak 97 tahun, bersama Sarmini (90), istrinya, musisi jadul ini tetap istikamah memainkan musik Kentrung. Bahkan sudah jadi pelengkap pekerjaannya sebagai tani dan pemilik toko pracangan.
Fisiknya gemetaran namun masih terlihat kokoh dan berotot. Gepukan ketipung kendangnya masih stabil. “Gepak-gepak-gepak, dug plak.” Kuat dan keras.
Geliat aktivitas dan tanggapan Mbah Badri berlangsung sejak 1960-an, kini sudah menghasilkan beberapa keturunan dan menyelesaikan pendidikan anak hingga berkeluarga.
Dalam memainkan alat musik Kentrung, Badri dibantu ‘panjak’ , yakni anak, Bindariati (64) dan keponakannya, Srikamah (56). Dua orang ini yang memberi sautan dan gending sambil memukul rebana dan ketipung kecil.
Sementara Mbah Badri, menjadi dalang dan mengendalikan permainan dengan pitutur dan syair cerita yang diutarakan berdialog dengan istri, yang duduk di sebelahnya sambil memukul rebana bulat berukuran separuh gendang, dengan bunyi seperti tambur alias duur atau gong.
Spontan penonton KPHF 2024 bergerak bersama panitia, mengedarkan kotak saweran. “Bagaimana ndak semendal di hati. Usia 97 tahun masih semangat uri-uri budaya warisan leluhur. Ini pukulan buat generasi muda yang belum tahu sama sekali seni Kentrung Jombang dan apalagi memainkan dan menirukannya,” ujar Cak M Yaud, dalang wayang Topeng Tri Purwo Budoyo.
Menurutnya, semua masyarakat Jombang harus peduli kepada Mbah Badri yang masih bertahan di tengah derasnya gadget dan teknologi AI saat ini.
Demikian juga Isma Hakim Rahmat, Ketua Penyelenggara KPHF 2024, mengatakan sengaja mengundang Mbah Badri, Grup Seniman Kentrung asal Dusun Jatimenok, Desa Rejosopinggir, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, agar menjadi teladan bagi generasi Wayang Topeng Tri Purwo Budoyo untuk semangat belajar dan cinta seni leluhur.
“Kebetulan beliau sepi job. Apalagi di era serbuan trend musik jaranan dan orkes, Jadi kami berusaha memberi ruang agar imbang,” ujar Mas Hakim, panggilan sapanya.
Kata Mas Hakim sudah saatnya Jombang memiliki anggaran khusus untuk membina para seniman dan membangun sebuah gedung besar terpusat agar jadi pos ragam seni di Jombang.
“Setelah itu baru mendirikan museum. Karena banyak seni yang punah dan barang-barang bekasnya tak terselamatkan,” tukasnya.
Yang ironis di Jombang, seni Kentrung ini terancam punah karena tidak ada penerus penabuh gendang atau ketipung posisi Mbah Badri. Sambil menabuh, juga menceritakan cerita dan dialog bak dalang wayang.
Ditemui usai acara, Mbah Badri, mengaku bersyukur dan terima kasih kepada panitia KPHF 2024 yang mengundangnya. Apalagi pulangnya diberi beberapa bungkus jajanan, dan minuman lawas serta sekotak air mineral penuh uang saweran dari penonton.
“Pesan saya buat generasi muda Wayang Topeng Jati Duwur agar semangat, tidak putus asa, dan tidak mutung meski diganggu orang luar atau istilahnya setan-setan dari luar yang berusaha memecah belah,” ujar Mbah Badri.
Beda dengan Sarmini istrinya, dia hanya mendoakan agar semua pemain, pemilik sanggar, panitia, pemuda, dan seluruh masyarakat agar diberi keselamatan. “Doa saya, kalian semua selamat..selamat..selamat, selamet,” ujarnya, diamini seluruh penonton.
Kali ini Mbah Badri memainkan Kentrung dengan cerita putri cantik dan jadi rebutan pangeran. Mirip cerita Panji Asmorobangun dan Dewi Sekartaji. (joe)