MAKKAH, PEWARTAPOS.COM – Jemaah Haji Indonesia Gelombang II secara bertahap mulai diberangkatkan dari Makkah menuju Madinah, Rabu (26/6/2024). Para Jemaah berada di Madinah selama lebih kurang delapan sampai sembilan hari sebelum pulang ke Tanah Air.
Selama di Kota Madinah, jemaah bisa berziarah ke beberapa lokasi, seperti Raudhah, Mesjid Kuba, Jabal Uhud, dan sebagainya. “Untuk masuk Raudhah, jemaah akan menggunakan tasreh yang sudah didaftarkan oleh Bimbad Madinah,” kata Kepala Daerah Kerja Makkah, Khalilurrahman, di Makkah, seperti dilansir di laman Kemenag RI, Rabu (26/6/2024).
Namun perlu diingat, seringkali jadwal ke Raudhah berbarengan dengan momen ziarah di situs lain. Bila terjadi hal semacam itu, Khalil meminta agar jemaah mendahulukan berziarah ke Raudhah.
“Utamakan ziarah ke Raudhah dulu. Karena ini jadwalnya tidak bisa diulang. Kalau sudah terlewat, jemaah tidak punya kesempatan lagi. Karenanya pastikan jangan terlewat jadwal ke Raudhahnya,” pesan Khalil.
Ia juga berpesan agar jemaah senantiasa menjaga kondisi fisik selama di Madinah. “Ingat untuk tetap menjaga kondisi fisik. Jangan memaksakan diri dalam beribadah. Tetap gunakan alat pelindung diri bila keluar dari penginapan,” tegasnya.
Cuaca di Madinah lebih panas dari Makkah sehingga alat pelindung diri penting untuk dibawa jemaah. “Jangan lupa gunakan sunscreen, topi, dan kacamata. Bawa juga payung dan botol semprot (spray). Satu lagi, jangan lupa untuk sering minum untuk menghindari dehidrasi,” pesan Khalil.
Pindah ke Madinah
Khalilurrahman menyebutkan, hari ini ada 17 kloter jemaah gelombang II yang akan diberangkatkan ke Madinah. Ia mengimbau jemaah untuk mulai menyiapkan kebutuhan peribadatannya di Kota Madinah sejak masih berada di Makkah.
“Tidak seperti di Makkah, di mana jarak hotel ke Masjidil Haram relatif agak jauh sehingga butuh Bus Shalawat, di Madinah hotelnya dekat dengan masjid Nabawi. Kira-kira jarak hotel ke Masjid Nabawi sekitar 500 meter,” tutur Khalilurrahman di Makkah, Rabu (26/6/2024).
Khalil, begitu ia biasa disapa, mengingatkan bahwa kondisi hotel di Madinah berbeda dengan di Makkah. “Kapasitas hotel di Madinah tidak sebanyak di Makkah. Bila di Makkah satu hotel ada yang bisa menampung sampai 20 ribu jemaah, di Madinah paling sekitar 1.500 an,” papar Khalil.
Hal ini yang perlu dipahami para jemaah karena kondisi tersebut berdampak terhadap penempatan jemaah. “Jangan kaget kalau nanti ada kloter yang terpisah penempatannya,” ujar Khalil.
Karena jumlah kapasitasnya sedikit, maka tak heran jika hotel di Madinah memiliki lobi yang lebih kecil dibandingkan pemondokan di Makkah. “Namun yang juga perlu diingat jemaah, di Madinah jumlah lift hotelnya terbatas. Jadi, kalau mau salat fardhu di Nabawi, jemaah perlu mengatur juga waktu turun lift nya,” imbuhnya.
Karakteristik hotel di Madinah memiliki luasan yang lebih kecil dari hotel-hotel di Makkah. “Berbeda juga dengan di Makkah, pemondokan di Madinah tidak menyediakan mushala,” terang Khalil.
Pemondokan jemaah haji Indonesia di Madinah merupakan hotel berbintang 3 sampai 5. Karenanya mereka tidak menyediakan tempat cuci jemur seperti di Makkah. Untuk menyiasatinya, jemaah diharapkan sudah menyiapkan baju ganti yang cukup selama beraktivitas di Madinah. “Kalau bisa kenakan pakaian yang mudah menyerap keringat. Jadi tidak perlu upaya berat untuk mencucinya,” ujar Khalil. (joe)
sumber: Kemenag RI