Wagub Emil Ajak Anak Muda Berani Bersuara Lewat Gerakan Hingga Politik
SURABAYA, PEWARTAPOS.COM – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengajak anak muda untuk berani menyuarakan kepentingan masyarakat melalui gerakan-gerakan maupun masuk ke kancah politik.
Hal itu disampaikan Emil panggilan akrabnya itu dalam Diskusi Publik dan Kuliah Tamu yang diselenggarakan oleh Edupolithink, Himpunan Mahasiswa Politik Universitas Airlangga, dan Gagasan Indonesia, di Gedung Kuliah Bersama Universitas Airlangga Kampus C Surabaya, Senin (22/5).
Wagub Emil didapuk menjadi narasumber bersama dengan Anggota Komisi VII DPR Dyah Roro Esti, Anggota Komisi D DPRD Surabaya Juliana Evawati, dan Manik Marganamahendra dari Gagasan Indonesia.
Di hadapan para mahasiswa, Wagub Emil menekankan agar anak muda tidak takut menyuarakan kebenaran dan kepentingan masyarakat. Baik melalui gerakan-gerakan moral maupun menjadi aktor politik. Ia menegaskan bahwa anggapan politik itu kotor kurang tepat.
“Politik itu realitas, cara berpolitik itu pilihan,” tegasnya.
Wagub Emil berpesan agar kelak ketika masuk ke dunia politik selalu menggunakan cara berpolitik yang baik. Termasuk apabila nanti menjadi perumus kebijakan, agar juga mempertimbangkan sains dan ilmu pengetahuan sebagai dasar. Bukan hanya pertimbangan politik praktis dengan kebijakan populis namun kurang solutif.
“Kalau anak-anak muda yang idealis ini enggan masuk politik, maka kancah politik kita hanya akan diisi oleh orang-orang yang oportunis,” imbuhnya.
Selain melalui politik, anak muda juga bisa bersuara lewat beragam media. Terlebih saat ini kemajuan teknologi informasi semakin pesat. Zaman dulu, harus berdemo besar-besaran untuk mendapat atensi, sekarang hanya dengan satu postingan di media sosial yang kemudian viral, bisa menjadi atensi pemangku kebijakan.
Namun, Wagub juga menekankan pentingnya melakukan validasi data sebelum bersuara di media sosial. Sebab, kemajuan teknologi informasi ini juga berimplikasi pada disrupsi informasi yang terjadi pada hari ini.
“Di Pemprov Jatim, kami juga memberikan ruang untuk masyarakat termasuk anak-anak muda untuk bersuara. Salah satunya melalui SP4N (Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik) Lapor,” ujarnya.
SP4N Lapor merupakan sistem yang terintegrasi secara nasional. Setiap aduan yang masuk akan tercatat di tingkat nasional, kemudian diturunkan ke pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk ditindak lanjuti. Masyarakat juga bisa memonitor tindak lanjut dari pemerintah terhadap aduannya secara realtime.
“Selain itu, anak muda juga bisa menyuarakan aspirasinya melalui wakil rakyat di DPR dan DPRD,” imbuhnya.
Peranan anak muda sangat dibutuhkan dalam pembangunan daerah maupun negara. Terlebih saat ini Indonesia tengah bersiap menghadapi bonus demografi. Dimana jumlah penduduk berusia produktif mencapai 70 persen di tahun 2045.
“Peranan anak muda ini juga yang beberapa tahun belakangan kami akomodir. Salah satunya melalui Millenial Job Center (MJC),” ujarnya.
Melalui MJC anak-anak muda di Jatim tidak hanya dilatih kemampuan praktisnya, namun juga soft skill bagaimana cara mendapatkan klien, memahami keinginan klien, hingga mengelolanya. Hebatnya MJC ini tidak hanya melahirkan anak-anak muda yang berkapabilitas namun juga telah membantu banyak UMKM di Jatim untuk scale up usahanya. Sehingga bisa dikatakan satu progtam MJC bisa menjadi solusi beberapa sektor.
Selain MJC ada pula East Java Super Corridor (EJSC) yang merupakan coworking space di setiap Bakorwil se Jatim. EJSC tidak hanya menjadi wadah bagi anak muda untuk mengembangkan kreatifitasnya namun juga sarana agar pejabat publik semakin sering berinteraksi dengan kaum muda.
“Sebab, semakin kita berinteraksi semakin paham pola pikir dan apa yang diinginkan oleh anak-anak muda. Alhasil birokrasi kita pun mulai berubah,” tandasnya. (zen)