Warga Kraton Pasuruan,Sukses Sulap Kayu Bekas Jadi Karya Seni Bernilai Tinggi
PASURUAN, PEWARTAPOS.COM – Siapa sangka, limbah kayu bekas yang justru dibakar atau dibuang, justru menjadi karya seni bernilai tinggi.
Aries Sugeng Didiyanto (45) warga Desa Dhompo, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan sukses menyulap kayu bekas yang merupakan limbah pabrik ataupun usaha mebeler, menjadi kerajinan ukir khas perabotan rumah seperti lampu hias, hanger hingga souvenir.
Hebatnya lagi, hasil tangannya tak hanya disukai pasar lokal, tetapi sampai tembus Australia hingga Amerika.
Menurut lelaki kelahiran 7 April 1978 tersebut, kerajinan kayu ukir tersebut mulai ditekuninya sejak 15 tahun silam. Awalnya hanya sekedar coba-coba. Tepatnya memiliki mebeler untuk digunakannya sendiri seperti kursi dan sebuah meja untuk ruang tamunya.
“Saya lihat banyak sisa Kayu dekat rumah. Terus pengen aja. Karena kalau beli mahal,” kata Aries saat ditemui di rumahnya, Senin (05/06/2023).
Hanya saja, lantaran masih coba-coba, keinginannya tak mudah untuk diwujudkannya. Maklum, ia tidak memiliki banyak basic untuk membuat kerajinan. Beberapa kali percobaan, tak sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Namun, ia tak menyerah. Lagi dan lagi. Hingga akhirnya, kursi ukir idamannya mampu diwujudkannya. Bak gayung bersambut, kreasi kursi ukir karyanya, ternyata diminati teman. Rekannya yang semula datang untuk melihat sangkar buatannya, malah kepincut dengan kerajinan kursi ukir buatannya.
Kursi itupun ditawar. Semula, ia menolak untuk menjual. Lantaran memang tidak berniat untuk menjualnya. Namun, karena terus memaksa, ia pun akhirnya merelakan. Terlebih dengan harga yang menjulang, ketimbang harga kursi di toko pada umumnya.
“Waktu itu, laku hingga Rp 5 juta. Padahal di toko, hanya kisaran Rp 1,5 juta,” sambung bapak empat anak ini. Hal itu membuatnya semakin termotivasi untuk berkarya di kayu ukiran.
Hingga satu waktu, ada rekannya penghobi ikan cupang asal Surabaya, curhat kepadanya. Karena event yang digelar, sering sepi peminat.
Aries yang dulunya juga penghobi cupang itupun, memberikan solusi. Yakni dengan membuatkan piala yang unik. Keunikannya, piala tersebut terbuat dari kayu yang sengaja dibuatnya sendiri.
Ukiran piala dari kayu itu, ternyata cukup menarik minat peserta. Hingga membuat piala itupun booming dan memicu banyak pesanan dari berbagai daerah.
“Sejak itulah, order piala dari kayu berdatangan. Dari Bali hingga Jakarta,” kisah pemilik Cencu Art ini.
Sejak itupula, order berdatangan kepadanya. Ia pun mengembangkan bisnis kerajinannya tidak hanya untuk piala. Tapi berbaik ukiran lainnya.
Untuk menunjang usaha, Aries mulai merekrut tenaga. Semula, hanya dirinya seorang. Namun, ia merekrut hingga puluhan orang.
“Saya pernah memiliki 35 orang tenaga. Namun, sekarang, tersisa 10 orang tenaga,” ulasnya.
Aries mengaku, tidak hanya membuat ukiran piala kayu. Ia juga membuat beragam kerajinan lainnya. Meja, kursi, cinderamata hingga lampu hias dan banyak barang kerajinan berbahan kayu lainnya.
Sebulan, ribuan produk mampu dibuatnya.
Harganya bervariasi. Untuk souvenir gantungan kunci misalnya, dibandrol Rp 10 ribu. Sementara, untuk relief pahatan candi, bisa sampai Rp 150 juta.
“Harga tersebut bergantung besaran dan tingkat kerumitan,” sampainya.
Industri ukiran dari kayu bekas itu, tidak hanya menjangkau pasar lokal. Tetapi juga, merambah Taiwan, Singapura, Brunai Darussalam, Australia, hingga Amerika dan bahkan Eropa.
Meski tampak sukses, pengalaman pahit pernah dirasakannya. Ketika ada pemesan barang, untuk suatu hajatan. Ia diminta untuk membuat seribu piala untuk even di Singapura. Namun, begitu selesai, piala-piala itu, tidak kunjung diambil oleh pemesan.
“Ternyata uangnya dibawa lari oleh pihak event organizernya. Saya jelas merugi hingga puluhan juta,” tuturnya.
Namun, yang namanya musibah, tentu ada hikmahnya. Termasuk apa yang dialaminya. Pengalaman tak mengenakkan itu, dijadikannya sebuah pelajaran, agar tidak terulang.(red/mil)